Model Example Non-Example
Menurut Huda (2013:234) Example Non-Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Model ini bertujuan
mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang
disajikan. Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis
gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi dari
sebuah gambar (Huda, 2013:234). Example
Non-Example merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan
ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan
petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar
tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi
(Roestiyah. 2001:73).
Menurut Suyatno (2009:73) Examples Non-Examples merupakan model pembelajaran dengan
mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar dan
kompetensi. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan
Model Example
non-Example juga ditujukan untuk mengajarkan siswa dalam belajar memahami
dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua
cara: pengamatan dan definisi. Example
Non-Example adalah strategi yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi
konsep (Huda, 2013:235).
Menurut Buehl (via Huda, 2013:235-236), model Example Non-Example melibatkan siswa
untuk: 1) menggunakan sebuah contoh untuk
memperluas pemahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks, 2) melakukan proses discovery
(penemuan), yang mendorong mereka membangun konsep secara progresif melalui
pengalaman langsung terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari, dan 3)
mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non-example yang dimungkinkan masih
memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Huda (2013:236) menambahkan, kelebihan model Example Non-Example ini adalah: 1) siswa
lebih kritis dalam menganalisis gambar, 2)siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, dan 3) siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Sementara itu, strategi ini
juga memiliki kelemahan karena tidak semua materi pelajaran dapat disajikan
dalam bentuk gambar, selain karena persiapannya yang terkadang membutuhkan
waktu lama.
Buehl (via Suciati, 2013) mengemukakan keuntungan model Example Non-Example sebagai berikut: (1) siswa berangkat dari satu definisi yang
selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih
mendalam dan lebih kompleks, (2) siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan),
yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui
pengalaman dari Example Non-Example, (3) siswa diberi sesuatu yang
berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian Non-Example
yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter
dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian Example.
Ada dua kelemahan dalam
menggunakan model Example Non-Example, diantaranya: tidak semua
materi dapat disajikan dalam bentuk gambar, memakan waktu yang banyak.
2.3.1
Sintak Model Pembelajaran Example
Non-Example
Menurut (Agus Suprijono,
2009:125) Langkah–langkah model pembelajaran Example non-Example diantaranya: a) guru mempersiapkan
gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya
merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan
Kompetensi Dasar. b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP,
jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga dapat
meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan
sekaligus pembentukan kelompok siswa. c) Guru memberi petunjuk
dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
Agar siswa melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar
detil gambar dapat difahami oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan
deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa. d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih
baik jika disediakan oleh guru. e) Tiap siswa diberi kesempatan membacakan hasil tulisannya. Siswa dilatih
untuk menceritakan hasil tulisannya agar muncul kepercayaan
diri. f) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa
yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. g) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
No comments:
Post a Comment